🕌 Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah ï·» yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ï·º, keluarga beliau, para sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah hingga akhir zaman.
Saudaraku yang dirahmati Allah, Pernahkah kita merasa bersalah atas dosa yang kita lakukan, lalu terlintas keraguan: “Apakah Allah masih mau mengampuni aku?” Jika pernah, maka malam ini mari kita renungkan sebuah kisah agung dari sahabat Rasulullah ï·º, Tsalabah bin Abdul Rahman radhiyallahu 'anhu—seorang hamba Allah yang menunjukkan betapa dalamnya penyesalan, dan betapa luasnya ampunan Allah ï·».
📖 Kisah Tsalabah dan Taubatnya
Tsalabah bin Abdul Rahman adalah sahabat dari kalangan Anshar, yang senantiasa setia melayani Rasulullah ï·º. Ia dikenal rendah hati dan taat. Namun pada suatu hari, ketika dalam perjalanan untuk menjalankan suatu urusan, ia secara tidak sengaja melihat seorang wanita Anshar sedang mandi.
Saudara sekalian, perhatikan: ini bukan pandangan yang disengaja, namun ketidaksengajaan semata. Namun di mata Tsalabah, kejadian ini sudah cukup membuatnya merasa amat berdosa. Ia takut wahyu turun kepada Rasulullah ï·º tentang dosa dirinya, lalu ia melarikan diri ke pegunungan. Di sana, ia menetap selama 40 hari, hanya untuk menangis, bertaubat, dan memohon ampun kepada Allah ï·».
Subhanallah… inilah bentuk taubat yang luar biasa. Ia merasa sangat bersalah, meski dosa itu bukan dari niat, melainkan ketidaksengajaan.
🌟 Rasulullah ﷺ dan Keagungan Wahyu
Kemudian Malaikat Jibril عليه السلام datang kepada Rasulullah ﷺ, menyampaikan kabar tentang Tsalabah yang sedang bertaubat di pegunungan. Maka Rasulullah ﷺ mengutus beberapa sahabat untuk menjemputnya.
Sesampainya di Madinah, saat Rasulullah ï·º memimpin shalat berjamaah, Tsalabah memilih berdiri di shaf paling belakang, penuh rasa malu. Saat mendengar ayat suci Al-Qur’an dibaca Rasul ï·º, Tsalabah pingsan. Seusai shalat, Rasul ï·º mendekatinya dan bertanya:
“Apa yang menyebabkan kau menjauh dariku, wahai Tsalabah?” “Dosaku, ya Rasulullah,” jawab Tsalabah. “Bukankah aku telah menyampaikan ayat yang dapat menghapus dosa?” (QS. Al-Baqarah: 201)
Namun Tsalabah tetap merasa dosanya teramat besar. Rasulullah ï·º pun berkata:
“Kalam Allah itu lebih besar lagi.”
Begitu dalam rasa penyesalan Tsalabah hingga ia jatuh sakit. Ketika dijenguk Rasulullah ï·º, Tsalabah terus menggeser kepalanya dari pangkuan beliau. Ia berkata:
“Karena kepala ini penuh dosa.”
Ketika ditanya oleh Rasulullah ï·º tentang apa yang ia keluhkan, ia menjawab:
“Seperti ada semut-semut yang merayap di antara tulang, daging, dan kulitku.”
Lalu ditanya lagi:
“Apa yang kamu inginkan, wahai Tsalabah?” Jawabnya: “Ampunan Rabbku.”
🌌 Turunnya Wahyu Ampunan Allah
Saat itu, Malaikat Jibril عليه السلام datang membawa wahyu dari Allah ﷻ:
“Andaikata hamba-Ku ini datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, niscaya Aku menyambutnya dengan ampunan sepenuh bumi pula.”
Rasulullah ï·º menyampaikan wahyu ini kepada Tsalabah, dan mendengarnya, Tsalabah memekik keras lalu meninggal dunia.
Rasulullah ï·º memerintahkan para sahabat untuk memandikan, mengkafani, dan menyalatinya. Saat beliau berjalan menuju pemakaman, beliau berjingkat-jingkat. Ketika ditanya mengapa, beliau menjawab:
“Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, sungguh aku tidak mampu meletakkan kakiku di tanah karena begitu banyaknya malaikat yang hadir melayat Tsalabah.”
💡 Hikmah dari Kisah Tsalabah
Saudaraku, ada banyak pelajaran yang dapat kita petik:
- Taubat Tsalabah dimulai dari rasa takut kepada Allah, rasa yang muncul bahkan dari dosa yang tidak disengaja. Ini adalah ciri orang muhsin, seperti sabda Nabi ï·º dalam hadits Jibril:
- Penyesalan adalah inti dari taubat yang sejati. Tsalabah menangis selama 40 hari, memohon ampun, menjauh dari manusia demi membersihkan hati dan jiwanya.
- Allah ï·» tidak pernah menolak hamba yang datang dengan taubat tulus. Sebagaimana firman-Nya:
- Bahkan malaikat pun memuliakan hamba yang bertobat. Jumlah malaikat yang melayat Tsalabah begitu banyak, menunjukkan keistimewaan seorang hamba di sisi Allah karena taubatnya.
🕊️ Penutup
Saudaraku, semoga kisah ini menyentuh hati kita dan menyadarkan kita bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah, selama kita bersungguh-sungguh dalam taubat.
Maka jangan ragu untuk kembali kepada-Nya. Jangan tunggu saat tubuh sudah tak kuat bangkit. Jangan tunggu saat hati sudah beku. Mari kita perbaharui taubat kita, malam ini… dan seterusnya.
✦ Wallahu a’lam bis shawab ✦
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.